Waspada Jika Alami Nyeri Dada
Serangan jantung merupakan suatu kondisi ketika aliran darah ke jantung tersumbat. Gejala klinis penyakit jantung pada umumnya ditandai dengan nyeri dada. Jika mengalami ini disarankan untuk segera memeriksakan ke dokter.
Akan tetapi, masa pandemi Covid-19 banyak orang yang khawatir untuk memeriksakan diri ke dokter dan menunda memeriksakan keluhan ini. Sebenarnya apabila nyeri dada tidak ditangani segera justru akan mengancam jiwa.
Dokter spesialis Jantung dan pembuluh darah konsultan RS Siloam Dhirga Surya Medan, dr Tri Adi Mylano SpJP(K) FIHA mengatakan dalam 10 tahun terakhir angka penderita penyakit jantung semakin meningkat. Belakangan usia penderitanya semakin muda.
Paling umum gejala penyakit jantung yaitu nyeri di bagian dada. Kondisi ini terjadi karena aliran darah yang tidak cukup untuk bagian jantung. Biasanya nyeri-nyeri tersebut terjadi di belakang tulang dada menjalar ke leher, ke bahu dan dada. hingga ke rahang.
“Ada pula yang nyeri terasa di dada bawah di ulu hati yang sering ditafsirkan sakit maag serta nyeri didaerah punggung kedua belikat,” ungkapnya di sela Webinar Umum Siloam Hospitals Group dengan tema “Nyeri Dada, Kapan Harus ke Dokter?”, Sabtu (19/9/2020).
Sementara itu, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah konsultan Siloam Hospitals Jambi dr Evi Supriadi SpJP(K) FIHA FAsCC menambahkan bisanya nyeri dada terjadi pada penyakit jantung koroner.
Hal ini ditandai nyeri dada atau rasa tidak enak dengan gejala yang sangat khas, seperti tertusuk, terbakar, tertimpa benda berat, nyeri ulu hati. Biasanya dirasakan saat aktivitas atau stres. “Nyeri jantung tidak dapat dipengaruhi pernapasan atau batuk, posisi tubuh atau gerakan, dan tidak ada kaitan dengan kondisi lain, seperti herpes zoster dan trauma,” jelasnya.
Dikatakan nyeri dada berat atau serangan jantung, lazimnya menunjukkan nyeri pada sewaktu istirahat dan biasanya terus menerus, nyeri pertama kali dengan kualitas yang berat dan hebat, nyeri baru yang meningkat dibandingkan nyeri sebelumnya, dan nyeri tidak stabil yang terjadi pada pasien yang pernah mengalami serangan jantung sebelumnya.
Faktor Risiko
Dr Tri Adi menjelaskan ada fakta risiko yang menyebabkan seseorang terkena penyakit jantung. Pertama, usia, semakin seseorang bertambah tua, risiko terkena serangan jantung dan jantung koroner meningkat. Kedua, jenis kelamin.
Sebuah temuan terbaru menyebutkan wanita memiliki faktor risiko yang eksklusif. Ketiga, merokok, kebiasaan ini dapat menyebabkan meningkatnya risiko seseorang terserang penyakit jantung. Keempat, kurang aktivitas, kemudian alkohol, diet tidak sehat, obesitas keturunan atau riwayat keluarga hipertensi, diabetes, kolesterol jahat yang tinggi, dan terakhir stres.
Jika mendapati seseorang mengalami serangan jantung, dr Tri Adi menyarankan untuk melakukan pertolongan pertama. Mulai dari menenangkan pasien, baringkan atau tuntun atau papah ke tempat duduk.
Bila pasien memiliki obat rutin seperti obat yang perlu diletakan di bawah lidah, maka dapat diberikan. Jangan biarkan pasien berjalan atau mengendarai kendaraan sendiri. “Segera antar ke rumah sakit terdekat karena ini termasuk kategori darurat,” tegasnya.
Sementara itu, dr Evi menegaskan untuk mencegah terjadinya penyakit jantung disarankan untuk menerapkan pola hidup SEHAT, yaitu seimbangan gizi, enyahkan rokok, hindari stres, dan atasi tekanan darah dan gula darah, dan teratur serta terukur berolahraga dengan minimal sebanyak 150 menit selama satu minggu atau 30 menit sebanyak empat kali seminggu.
“Tidak hanya itu, disarankan pula untuk melakukan pengecekan tekanan darah, gula darah, dan kolesterol secara berkala untuk mengetahui kondisi tubuh,” tutupnya.