Pakai Parfum Feromon, Benarkah Bisa Menarik Lawan Jenis?
Jakarta -
Parfum feromon dipercaya bisa membantu menarik lawan jenis. Iklan mengenai parfum yang dicampur feromon pun semakin menjamur. Tapi apakah itu benar? Cari tahu jawabannya bersama-sama, yuk.
Ada banyak perdebatan tentang apakah manusia mengeluarkan feromon dengan cara yang sama seperti yang dilakukan hewan. Beberapa merek produk wewangian mencoba membotolkan feromon yang disintesis dengan janji bahwa produk tersebut akan membantu kamu menarik lawan jenis.
Mengutip GQ, Jumat (10/9/2021) Lindsey Bordone, MD, asisten profesor dermatologi di Columbia University Medical Center yang juga berpengalaman dalam hormon dan endokrinologi mengatakan manusia tidak memiliki 'organ vomeronasal' yang berfungsi untuk mengeluarkan feromon.
Feromon biasanya dikeluarkan oleh suatu spesies untuk menarik
perhatian spesies yang sama. Sebaliknya, kita merasakan bau melalui
sistem penciuman. Bau yang dapat dirasakan kemungkinan berperan dalam
daya tarik, atau kurangnya daya tarik, pada orang.
Kata Bordone, sebenarnya bukan bau yang membuat kamu menjadi seseorang yang menarik. Seseorang mungkin lebih mudah merasa tertarik karena memang sudah sejak awal tertarik pada orang lain tersebut dan mencintainya secara keseluruhan. Aroma tubuh yang dikeluarkan orang tersebut, yang menjadi ciri khas mereka, ini yang membuat kamu merasa semakin tertarik atau bahkan terangsang.
"Bau yang disukai yang membentuk aroma seseorang lebih merupakan kombinasi dari bau sabun mandi, sampo, deodoran, wewangian, produk rambut, seprai pelembut kain, dan produk beraroma lainnya yang digunakan sepanjang hari. Meskipun ada keunikan pada aroma seseorang, ada banyak hal lain yang memengaruhi 'produk' akhir ini (bau badannya -- red)," ujarnya.
Tapi ada juga penelitian bahwa manusia mengeluarkan hal seperti feromon. Banyak ahli yang percaya bahwa androstadienone pada pria dan estratetraenol pada wanita adalah senyawa yang serupa dengan feromon. Androstadienone pada pria diproduksi di kelenjar keringat serta testis, sedangkan estratetraenol terkandung pada urin wanita. Kendati begitu, zat kimia alami yang ditemukan oleh tubuh manusia ini belum bisa dipastikan sebagai feromon karena strukturnya terlalu rumit untuk diklasifikasikan sebagai zat tersebut.