12 Desember 1992, Gempa Magnitudo 7,8 di Laut Flores Sebabkan Tsunami Setinggi 30 Meter

     Ilustrasi tsunami

Jakarta - Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengungkap bahwa Nusa Tenggara Timur merupakan daerah yang rawan tsunami.

Tsunami destruktif terakhir yang dipicu gempa magnitudo 7,8 di Laut Flores terjadi pada 12 Desember 1992 membangkitkan tsunami setinggi 30 meter menyebabkan 2.500 orang meninggal dan 500 orang hilang.

Sejak tahun 1800-an di busur Kepulauan Sunda Kecil yaitu Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur telah terjadi lebih dari 22 kali tsunami.

"Sejarah mencatat pada 29 Desember 1820 gempa kuat yang berpusat di Laut Flores memicu tsunami di Flores hingga Sulawesi Selatan. Di Bulukumba korban meninggal akibat tsunami mencapai sekitar 500 orang," kata Daryono seperti dikutip dari Antara, Selasa (14/12/2021).

Gempa kuat kembali terjadi di Laut Flores pada Selasa (14/12/2021) pukul 10.20 WIB dengan magnitudo 7,4 sehingga BMKG mengeluarkan peringatan dini tsunami.

Pusat gempa terletak pada koordinat 7,59 Lintang Selatan 122,24 Bujur Timur tepatnya di laut pada jarak 112 km arah Barat Laut Kota Larantuka, NTT, dengan kedalaman 10 km.

Gempa tersebut menyebabkan kenaikan muka air laut dengan ketinggian 0,07 meter yang tercatat tide gauge Reo dan Marapokot. Peringatan dini tsunami diakhiri pada pukul 12.27 WIB.

Kemudian, hingga pukul 19.00 WIB hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi 97 kali gempa susulan dengan magnitudo terbesar mencapai 6,8 sedangkan magnitudo terkecil 2,9.

Penyebab Gempa

Daryono menjelaskan, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya aktifitas sesar aktif di Laut Flores, dengan mekanisme pergerakan geser/mendatar (strike slip).

Meskipun pusat gempa ini terletak dekat jalur sumber gempa Sesar Naik Flores (Flores Thrust) tetapi pembangkit gempa ini bukan Sesar Naik Flores. Sesar Naik Flores memiliki mekanisme naik, sedangkan gempa ini memiliki mekanisme geser/mendatar.

"Sumber gempa gempa Laut Flores ini dipicu oleh aktivitas sesar aktif yang belum terpetakan, sehingga hal ini menjadi tantangan bagi para ahli kebumian kita untuk mengidentifikasi dan memetakannya guna melengkapi peta sumber dan bahaya gempa di Indonesia," katanya



Copyright © 2016 Raja JP