Sederet Fakta Kenapa Australia Dinobatkan Sebagai Negara Paling Mabuk di Dunia

 Sederet Fakta Kenapa Australia Dinobatkan Sebagai Negara Paling Mabuk di Dunia 

Berdasarkan The Global Drug Survey 2021, Australia dinobatkan sebagai negara yang paling mabuk di dunia. Menurut temuan tersebut, negara itu dikenal karena masyarakatnya menyukai minuman keras.

Selain Australia yang berada di puncak, ada juga negara selanjutnya yang memiliki indeks mabuk terbanyak, yakni Denmark dan Swedia. Disisi lain, masyarakat Australia mengisi gelas bir atau anggur mereka dengan minuman keras rata-rata dua hari per minggu.

Masyarakat di sana juga minum terlalu banyak tanpa mengkhawatirkan adanya pandemi Covid-19. Sepertinya pandemi benar-benar tidak terlalu memengaruhi pola minum masyarakat Australia.

Dilansir dari India Times, ilmuwan dari RMIT University Dr Monica Barratt mengatakan bahwa pola hidup seperti itu telah menjadi budaya pada masyarakat Australia.

"Ini mungkin ada hubungannya dengan kita menjadi negara dengan peringkat tertinggi untuk frekuensi mabuk. Meskipun kita juga dapat melihat budaya minum berperan, dengan negara-negara Nordik, Inggris dan Amerika Utara juga melaporkan frekuensi mabuk yang relatif tinggi," katanya.

Hasil Survei

negara paling mabuk di dunia
(Photo/Ilustrasi/Unsplash)

Berdasarkan tanggapan lebih dari 32.000 orang dari 22 negara, masyarakat Australia termasuk non-biner atau interseks menjadi sosok yang paling mungkin mabuk dan rata-rata 35 kali mabuk dalam setahun.

Dari data yang dijelaskan, pria dilaporkan mabuk 30 kali dan wanita dilaporkan mabuk 21 kali. Masyarakat Australia juga melaporkan menyesal mabuk pada 24 persen kesempatan, dengan wanita kelompok yang paling mungkin menyesal mabuk.

Dr Barratt mengatakan meskipun tingkat mabuk orang Australia tinggi, jumlah hari yang mereka minum sebenarnya mendekati rata-rata global.

“Orang Australia di selatan memiliki jumlah hari rata-rata global yang sama saat mereka benar-benar minum, jadi sekitar dua kali seminggu selama periode itu,” jelasnya.

Statistik yang Mengkhawatirkan

negara paling mabuk di dunia
(Photo/Ilustrasi/Unsplash)

Kepala Eksekutif Yayasan Penelitian dan Pendidikan Alkohol, Caterina Giorgi, mengatakan bahwa statistik tersebut cukup 'mengkhawatirkan' dan menjadi gambaran jelas tentang dampak penggunaan alkohol berbahaya selama pandemi.

“Australia berada di urutan teratas dunia dalam hal jumlah orang yang dilaporkan mabuk dan dalam mencari perawatan medis darurat untuk alkohol. Kedua indikator tersebut menunjukkan bahwa orang minum pada tingkat yang cukup berisiko,” katanya.

Giorgi juga mengatakan telah terjadi peningkatan 3,3 miliar dollar (Rp47 triliun) dalam penjualan alkohol ke rumah-rumah penduduk Australia pada tahun 2020 – sekaligus tren itu berlanjut pada tahun 2021.

“Dalam waktu yang tidak pasti, ada perubahan berkelanjutan dalam cara penjualan alkohol. Perusahaan telah agresif memasarkan, dan menggunakan Covid dan memangsa kecemasan untuk menjual produk mereka,” katanya.

Konsumsi Alkohol Meningkat di Masa Pandemi

australia jadi negara paling mabuk di dunia
(Photo/Ilustrasi/Unsplash)

Dari penelitian Turning Point dan Monash University, ditemukan bahwa kehadiran ambulans akibat masalah alkohol meningkat sebesar 9 persen di Victoria tahun 2020 lalu. Masa itu di saat yang sama akibat pandemi Covid-19.

“Kami telah melihat kesehatan mental orang-orang sangat menderita selama pandemi ini dan terutama ketika kami memiliki tindakan ketat yang membatasi aktivitas normal kami dan koneksi dengan jaringan pendukung,” kata Direktur Klinis Turning Point, Prof. Dan Lubman.

“Minum alkohol di penghujung hari sering dipromosikan sebagai hadiah dan cara untuk mengatasi, dengan akses siap minum alkohol di toko-toko dan melalui pengiriman online selama pandemi,” tambah dia.

Di samping itu, dari data Commonwealth Bank menunjukkan total pengeluaran untuk alkohol meningkat pada Maret 2020, kemungkinan karena penimbunan alkohol selama pembatasan Covid.


Copyright © 2016 Raja JP