Agama Ajarkan Bijak dan Taati 3M saat Pandemi

 Umat Katolik mengikuti perayaan ekaristi dalam misa mingguan di Gereja Katedral, Jakarta Pusat, Minggu, 12 Juli 2020. 

Nilai keagamaan dapat menjadi pegangan umat untuk memitigasi penularan pandemi Covid-19. Nilai yang dimaksud adalah perilaku bijak dan mematuhi protokol kesehatan serta peduli terhadap kesehatan dan keselamatan orang lain selain diri sendiri.

Di setiap agama, ada ajaran masa lampau yang bisa dipetik nilainya relevan dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Rohaniwan Katolik, Prof Dr Fransiskus Xaverius Mudji Sutrisno, SJ mengatakan, dalam pandangan Katolik dan juga ilmiah, pandemi adalah wujud kesalahan manusia terhadap semesta. Ketika semesta yang diberikan Tuhan sebagai anugerah, manusia memanfaatkannya dengan semena-mena.

"Virus dulu inangnya hidup di semesta. Kemudian tidak lagi punya rumah lalu hinggap ke manusia. Ini penjelasan ilmiah," katanya dalam dialog virtual dari Graha BNPB, Jakarta, Kamis (10/12/2020).

Banjir dan penggundulan hutan menjadi bukti bahwa manusia tidak memperlakukan semesta dengan bijak. Dalam kitab perjanjian lama ajaran Katolik, pandemi adalah hukuman dari Allah. Namun dalam perjanjian baru, pandemi adalah sebagai bentuk kasih Allah melalui penyucian.

Begitu pula pandemi yang terjadi saat ini lanjutnya, watak gotong royong masyarakat diuji. Pemerintah hingga saat ini terus mengajak kepedulian terhadap 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) tetapi masalahnya adalah kesadaran yang belum sepenuhnya muncul dari masyarakat.

"Kita disuruh memelihara nyawa kita sendiri saja susah sekali kan. Ini saatnya kita saling mengingatkan. Kata Ki Hajar Dewantoro kita harus menjadi guru untuk sesama kita dan diri sendiri," ungkapnya.

Menurutnya, semangat peduli dan mencintai sesama dalam situasi pandemi adalah hal utama. 3M yang dilakukan selain melindungi orang lain juga melindungi diri sendiri. Bahkan kata Romo Mudji ia memberi istilah maskermu adalah hidupku, maskerku adalah hidupmu. Ia pun menekankan pentingnya 3M.

"Mari kita merawat dan melaksanakan itu semuanya dan tolong ini jangan diporak porandakan dengan jalan politik yang memecah belah, yang membuat kita tidak bersatu lagi," tuturnya.

Senada dengan itu, Ketua Dewan Sangha Walubi, Maha Bhiksu Dutavira Mahastavira mengatakan, jangan memandang memakai masker adalah hal yang merepotkan. Mematuhi 3M adalah bagian dari bentuk kepedulian kepada sesama. Selain itu, umat Buddha diajarkan untuk belajar mengelola stres dan harus membangkitkan hormon gembira untuk menguatkan imun.

"Wujud ketekunan ajaran agama, biarlah tertidur dalam doa sehingga rohani bisa beristirahat dengan begitu imun akan muncul," imbuhnya.

Sebagai manusia tentu tidak bisa terhindar dari komunikasi indera dengan yang di luar. Namun dalam situasi pandemi, menjaga jarak harus dilakukan. Dalam peribadatan juga umat Buddha melakukannya secara virtual.

Kepatuhan 3M juga dilakukan dengan pembatasan dan penerapan protokol kesehatan dalam ruang ibadah.

Copyright © 2016 Raja JP