Rupiah Berpotensi Menguat pada Selasa 22 Februari 2022
Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan meski sempat naik empat poin di level 14.327 pada Senin, 21 Februari 2022. Sejumlah sentimen internal dan eksternal bayangi rupiah.
Lalu bagaimana perdagangan Selasa, 22 Februari 2022?
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi menuturkan, nilai tukar rupiah akan dibuka fluktuasi pada Selasa pekan ini. Namun, rupiah berpeluang menguat di kisaran 14.300-14.350.
Adapun sejumlah sentimen yang bayangi rupiah dari eksternal yaitu Presiden AS Joe Biden mengatakan pada Jumat, 18 Februari 2022, invasi bisa datang "dalam beberapa hari", sebuah tuduhan yang terus dibantah Rusia.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov akan bertemu Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken akhir pekan ini di Eropa, sementara Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin juga dilaporkan telah menyetujui “secara prinsip” untuk pertemuan puncak.
“Selain itu, pelaku pasar mata uang juga fokus pada kebijakan bank sentral, mencari petunjuk tentang kecepatan dan ukuran kenaikan suku bunga di pasar utama,” ujar dia dikutip dari keterangan tertulis.
Ia menambahkan, langkah menuju safe havens telah mengatasi kekhawatiran tentang potensi kenaikan suku bunga dari Federal Reserve AS.
Gubernur Fed Lael Brainard dan Presiden Fed New York John Williams, serta Presiden Fed Chicago Charles Evans, mengatakan selama minggu sebelumnya mereka ingin memulai kenaikan suku bunga. Namun, mereka tidak mencari kenaikan besar atau langkah sebelum pertemuan bank sentral berikutnya yang dijadwalkan.
Sementara itu, Gubernur the Fed Michelle Bowman akan berbicara di kemudian hari, dan rekan-rekannya, termasuk Loretta Mester dan Raphael Bostic, akan berbicara pada Kamis pekan ini.
"Dalam berita bank sentral lainnya, suku bunga pinjaman People's Bank of China akan jatuh tempo di kemudian hari. Reserve Bank of New Zealand akan memberikan keputusan kebijakannya pada Rabu, dengan Gubernur Bank of England Andrew Bailey muncul di hadapan Komite Keuangan pada hari yang sama. Bank of Korea akan menurunkan keputusan kebijakannya pada Kamis,” ujar Ibrahim.
Sedangkan dari internal, Bank Indonesia (BI) melaporkan neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada 2021 mencatatkan surplus yang tinggi sebesar USD 13,5 miliar atau sekitar Rp193 triliun.
"Capaian surplus tersebut jauh meningkat dibandingkan capaian surplus pada tahun sebelumnya sebesar USD 2,6 miliar, sehingga mendukung ketahanan sektor eksternal Indonesia tetap terjaga,” ujar dia.
BI mencatat, transaksi berjalan atau current account pada 2021 membukukan surplus sebesar USD 3,3 miliar atau 0,3 persen dari PDB. Surplus tersebut meningkat setelah mencatatkan defisit pada 2020 sebesar USD 4,4 miliar atau mencapai 0,4 persen dari PDB.
Surplus transaksi berjalan terutama ditopang oleh pesatnya kinerja ekspor sejalan dengan meningkatnya permintaan dari negara mitra dagang dan tingginya harga komoditas global, di tengah impor yang juga meningkat seiring perbaikan ekonomi domestik.
Di samping itu, transaksi modal dan finansial pada 2021 juga membukukan surplus sebesar USD 11,7 miliar, lebih tinggi dari capaian pada tahun sebelumnya sebesar US$7,9 miliar, terutama ditopang oleh investasi langsung dan investasi portofolio.
Pada kuartal IV 2021, NPI mencatat defisit yang rendah sebesar US$0,8 miliar, ditopang oleh surplus transaksi berjalan yang berlanjut, sementara transaksi modal dan finansial mencatatkan defisit.
BI pun mencatat, posisi cadangan devisa pada akhir Desember 2021 meningkat menjadi sebesar USD 144,9 miliar. Setara dengan pembiayaan 7,8 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah serta berada di atas standar kecukupan internasional.